"Semakin besar, pilihan yang ada semakin kecil!"


“Semakin besar, pilihan yang ada semakin kecil”. Itu adalah sepenggalan dialog dalam film Percakapan Ini yang diucapkan oleh Marsha Timothy dalam omnibus film Belkibolang yang Gue tonton Jumat kemarin ini. Kalimat ini teriang2 di kepala Gue gara2 diucapin mulu sama Ka Debby setelah selesai nonton Belki. Apa iya semakin besar pilihan kita semakin kecil & semakin sulit? Apa karena ketika kita waktu kecil tidak mengerti hal2 persoalan orang dewasa? Belum mempunyai tanggung jawab? Lalu Gue mencoba mengingat2 kembali masa kecil Gue. Hmm, mungkin dulu ketika bokap & nyokap Gue bercerai di saat umur 8 tahun, Gue engga harus memilih untuk ikut nyokap atau bokap? Karena sudah jelas Gue akan ikut nyokap. Kalaopun engga ikut nyokap, mungkin Gue bisa ikut tante Gue ato om Gue ato kakek Gue ato nenek Gue. Banyak pilihan yang ditawarkan yang siap menampung Gue dan kakak Gue ketika kecil dulu karena mereka semua pasti akan kasihan sama Gue. Lalu ketika memilih SMP ato SMA lebih mudah ketimbang memilih kuliah. Karena kalao SMP ato SMA sudah pasti yang unggulan menjadi favorit. Namun kita bebas memilih di sekolah yang mana. Mau unggulan ato biasa2 aja ato yang jelek sekalipun. Karena kita belum berpikir kehidupan kedepannya mau jadi apa. Di samping itu, semua pelajaran yang diajarkan juga sama. Kalao jurusan IPA pasti belajar Matematika, Fisika, Kimia, & Biologi. Kalao jurusan IPS pasti belajar Ekonomi, Sejarah, & Geografi. Hanya sistem pengajarannya saja yang berbeda setiap sekolah. Lalu, coba mari kita bandingkan di saat kita mulai tumbuh dewasa. Ketika Gue memilih kuliah, Gue pusing mau kuliah dimana?? Di IKJ engga dibolehin. Gue engga mau salah pilih jurusan. Gue engga mau nanti jadi mahasiswa abadi. Gue engga mau nanti tiba2 Gue engga betah sama apa yang Gue jalanin. Karena biaya kuliah kan sangat amat mahal. Terutama untuk nyokap Gue yang single parent. Yang jelas Gue engga mau ambil jurusan yang ada itung2annya. Demi nyokap Gue, Gue buang keinginan Gue untuk masuk IKJ. Akhirnya Gue memilih LSPR diantara yang terbaik. Selain karena terkenal dengan julukan kampus yang dekat dengan dunia entertain, biayanya paling murah dibandingkan kandidat kampus lainnya. Selain itu kuliah yang tidak padat & tidak jauh menjadi alasan Gue untuk memilih kuliah disini. Lalu pernah ketika Gue dihadapi sebuah pilihan yang sulit. Yaitu ketika Gue mendapat tawaran dari Om Ipul untuk ikutan produksi film Negeri 5 Menara. Gue harus memilih antara ambil atau tidak. Kalao Gue ambil Gue harus mengorbankan kuliah. Kalao Gue engga ambil Gue sudah membuang kesempatan yang ada. Hufh, ternyata benar pilihannya menjadi semakin kecil. Engga ada lagi aturan bebas memilih atau cuek bebek. Kita harus memikirkan semuanya matang2. Kalao salah memilih konsekuensinya berat. Banyak hal yang menjadi pemikiran Gue selama ini ke depannya setelah lulus kuliah. Kalao Gue menikah nanti, nyokap akan tinggal sama siapa? Kalao kakak Gue yang menikah nanti sih sudah jelas Gue yang akan mengurus nyokap. Jangankan nanti, sekarang aja kakak Gue sibuk sama kerjaannya sebagai pengacara. Biasanya yang suka nemenin di rumah juga Gue. Tapi kalao Gue sudah sibuk untuk mengejar mimpi Gue nanti, siapa diantara kami yang mau mengalah? Siapa? Siapa? Pilihannya cuman ada 2. Antara membuang ego masing2 atau mempertahankan ego masing2? Yang jelas engga mungkin kan Gue atau kakak Gue menaroh nyokap di panti jompo? Yaa, Gue rasa biarlah pertanyaan2 Gue ini menjadi misteri. Tenyata benar, semakin besar pilihan yang ada semakin kecil. Tapi percayakan saja semuanya pada kuasa Tuhan. =P 

Tidak ada komentar: