Religious or Unreligious?


Seringkali agama menjadi masalah yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan kita. Dari hal yang sederhana, seperti larangan menikah beda agama, perang antar agama, hingga pelarangan penayangan sebuah film seperti yang baru2 ini terjadi pada film “Tanda Tanya” yang dilarang tayang ketika lebaran kemarin di SCTV oleh FPI (Benar2 Saya engga habis pikir. Apakah mereka yang melarang itu sudah menonton filmnya? Padahal menurut Saya filmnya sendiri engga ada adegan atau dialog yang menjelek2kan agama apapun). Saya sendiri bukanlah orang yang freak dengan agama. Saya engga pernah ke Gereja tiap hari Minggu dan jarang pula berdoa. Berbeda dengan kakak Saya yang religius. Saya sendiri percaya sama Tuhan kok. Hanya caranya yang berbeda. Kadang Saya kesal kalao suka ditegur kakak Saya. Apaan sih maksa2 orang buat ke Gereja. Tiap orang kan punya hak untuk percaya pada agamanya sendiri dengan caranya sendiri. Lalu Saya juga suka kesal kalao ada orang tua yang melarang agamanya pacaran beda agama. Begitu juga dengan nyokap. Kenapa sih harus dipermasalahkan? Padahal Tuhan kita 1, cara berdoanya aja yang berbeda. Ribet deh! Nyokap sendiri sih bukan tipe orang yang religius kayak kakak Saya, cuman pola pikirnya aja yang masih kuno.
Tau engga kenapa alasan Saya malas ke Gereja? Jadi waktu SMA Saya rajin mengikuti Mudika di sebuah Gereja di Bogor. Hingga suatu hari Saya melihat kelakuan anak2 misdinarnya pada engga bener. Saya pikir, loh kok anak Tuhan begini yaa? Hal inilah yang bikin Saya kecewa. Ada beberapa orang yang Saya kenal, mereka ke Gereja hanya biar terlihat image mereka baik. Diluar itu kelakuan mereka menyedihkan. So, sejak saat itu Saya malas untuk pergi ke Gereja. Meski Saya penggemar berat Jared Leto yang menganut illuminati (engga ada hubungannya ya?), Saya masih percaya dengan Tuhan dan agama Saya kok. Saya sendiri menyadari bahwa Saya sering kali melakukan kesalahan sebagai manusia.  Buat Saya berdoa atau mengucap syukur engga harus di Gereja atau masjid atau pura atau vihara kok. Di dalam kamar kita atau dalam hati juga sudah cukup kok asal niatnya tulus. =)
Buat Saya, baik atau buruknya seseorang bukan dinilai dari seberapa rajin ia berdoa. Tapi lebih ke hatinya. Saya engga masalah punya suami yang malas beribadah asal dia baik hati. Saya juga engga mau jadi orang yang freak dengan agama. Engga bagus. Karena menurut Saya nanti hanya membatasi diri kita terhadap perbedaan yang ada. Perbedaan itu akan menjadi indah jika kita tidak melihatnya dari agamanya, rasnya, dll. 

2 komentar:

Karin Zulfah mengatakan...

Agree :)
Hei Lad, Ikut komen boleh ya? Hahah
Aku jg punya pengalan yg serupa, pernah ikut perkumpulan remaja masjid tapi akhirnya keluar karna beberapa anggota di dalamnya cuma mau terlihat anak baik (padahal sebaliknya), kecewa.

Lady Arianne Bernadi mengatakan...

terima kasih kazhu. =)