Behind The Scene "Toko Hati Kalbu"

DAY 1: 











DAY 2:








Toko Hatinya seperti ini:





Toko Hati Kalbu Cast & Crew

 KALBU: Chana Novia Purnamasari

 ODI: Jordan Pelis Siregar

PRODUSER: Dimas Verdi Listiyadi

PRODUCTION ASSISTANT: Faiz Ibnu Sani Ahmad

PRODUCTION MANAGER: Lady Arianne Bernadi

PRODUCTION MANAGER, LOADER, STILL PHOTO: Stefanus Gracious

TALENT COORDINATOR: Andree Zahra Violita

LOGISTIK: Annisa Erintansari

DIRECTOR: Raja Pagopong Sitorus

1ST AD: Sylvia Widjaja

2ND AD: Sheiya Anisa

CLAPPER: Rumaisha Mujahidah

DOP: Johan Heryanto

ASSISTANT DOP: Patar P. Pribadi

GAFFER: Dimas Bagus Triatma Yoga

LIGHTING MAN: Petir
LIGHTING MAN: Prima Mario Patrik

LIGHTING MAN: Gusti

LIGHTING MAN: Iwand Joshuaa

ART DIRECTOR: Naufal R. Putri

ART PERSON: Adi Sundoro

ART PERSON: Harry Eka Desvian

ART PERSON: Duchhan Hartoko Soewondo

ART PERSON: Ardiansyah Rahmadien

SOUND RECORDIST: Reza Putra Ramadhan

BOOMER: Chaesar Yolan Adhitya

MAKE UP: Vebby Veronica

WARDROBE: Laras

EDITOR: Novita Krisna

THANKS TO: 

Adi Subandyono
Nyokap Jovi
Arnoldus Bagus S. Aji
Ka Marcel

Religious or Unreligious?


Seringkali agama menjadi masalah yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan kita. Dari hal yang sederhana, seperti larangan menikah beda agama, perang antar agama, hingga pelarangan penayangan sebuah film seperti yang baru2 ini terjadi pada film “Tanda Tanya” yang dilarang tayang ketika lebaran kemarin di SCTV oleh FPI (Benar2 Saya engga habis pikir. Apakah mereka yang melarang itu sudah menonton filmnya? Padahal menurut Saya filmnya sendiri engga ada adegan atau dialog yang menjelek2kan agama apapun). Saya sendiri bukanlah orang yang freak dengan agama. Saya engga pernah ke Gereja tiap hari Minggu dan jarang pula berdoa. Berbeda dengan kakak Saya yang religius. Saya sendiri percaya sama Tuhan kok. Hanya caranya yang berbeda. Kadang Saya kesal kalao suka ditegur kakak Saya. Apaan sih maksa2 orang buat ke Gereja. Tiap orang kan punya hak untuk percaya pada agamanya sendiri dengan caranya sendiri. Lalu Saya juga suka kesal kalao ada orang tua yang melarang agamanya pacaran beda agama. Begitu juga dengan nyokap. Kenapa sih harus dipermasalahkan? Padahal Tuhan kita 1, cara berdoanya aja yang berbeda. Ribet deh! Nyokap sendiri sih bukan tipe orang yang religius kayak kakak Saya, cuman pola pikirnya aja yang masih kuno.
Tau engga kenapa alasan Saya malas ke Gereja? Jadi waktu SMA Saya rajin mengikuti Mudika di sebuah Gereja di Bogor. Hingga suatu hari Saya melihat kelakuan anak2 misdinarnya pada engga bener. Saya pikir, loh kok anak Tuhan begini yaa? Hal inilah yang bikin Saya kecewa. Ada beberapa orang yang Saya kenal, mereka ke Gereja hanya biar terlihat image mereka baik. Diluar itu kelakuan mereka menyedihkan. So, sejak saat itu Saya malas untuk pergi ke Gereja. Meski Saya penggemar berat Jared Leto yang menganut illuminati (engga ada hubungannya ya?), Saya masih percaya dengan Tuhan dan agama Saya kok. Saya sendiri menyadari bahwa Saya sering kali melakukan kesalahan sebagai manusia.  Buat Saya berdoa atau mengucap syukur engga harus di Gereja atau masjid atau pura atau vihara kok. Di dalam kamar kita atau dalam hati juga sudah cukup kok asal niatnya tulus. =)
Buat Saya, baik atau buruknya seseorang bukan dinilai dari seberapa rajin ia berdoa. Tapi lebih ke hatinya. Saya engga masalah punya suami yang malas beribadah asal dia baik hati. Saya juga engga mau jadi orang yang freak dengan agama. Engga bagus. Karena menurut Saya nanti hanya membatasi diri kita terhadap perbedaan yang ada. Perbedaan itu akan menjadi indah jika kita tidak melihatnya dari agamanya, rasnya, dll. 

They Called a Marriage!


Pernikahan. Buat Saya, ini adalah suatu kata yang membuat Saya bingung. Saya mudah untuk menentukan apa tujuan hidup Saya, tapi di sisi lain sangat sulit untuk menemukan pasangan Saya kelak. Makanya Saya betah lama2 jomblo. Hahahaha. Mungkin bagi sebagian besar orang ada yang menganggap bahwa pernikahan adalah hal yang menyenangkan ada juga yang mengerikan. Mungkin bagi mereka yang menganggap menyenangkan, mereka akan membentuk suatu keluarga baru yang bahagia. Dimana hari2 mereka diisi dengan keceriaan anak2. Tapi bagi mereka yang mengganggap pernikahan adalah suatu yang mengerikan, karena mungkin mereka trauma dengan pernikahan orang tuanya yang berujung pada perceraian atau mereka takut kebebasan mereka akan hilang. Tapi setakut2nya orang untuk menikah, pasti akan tetap punya rencana pernikahan dalam hidup mereka. Suatu hari ketika berjalan dengan seorang gebetan, kami berbicara mengenai pernikahan. Mulai dari pernikahan orang tua kami di usia berapa, sampai artis tua yang belum menikah (engga penting ya? Hehehehe). Hingga akhirnya dia iseng menanyakan umur berapa Saya mau menikah? Yang jelas, Saya orang yang punya rencana dalam hidup Saya, dengan lantang Saya bilang, “Gue mau nikah sekitar umur 29 atau paling engga Gue bisa bikin film panjang pertama Gue”. Lalu dia tertawa kecil. Sial dalam hati Saya berkata. Padahal kenapa Saya mau menikah di umur segitu karena seperti yang kita ketahui bahwa membuat film itu kan menguras waktu dan tenaga. Apalagi untuk film pertama, Saya inginnya fokus. Kalao Saya menikah, kasihan suami dan anak Saya nanti terlantar. Makanya Saya engga mau terjadi hal seperti itu. =) “Loh emangnya salah? Marsha Timothy aja umur 32 kan belum nikah”, tanya Saya. “Engga sih. Cuman cewe engga bagus kalao nikah umur segitu. Kan kalao Marsha beda perawatannya Lad”. Huh. Kok perawatan dibawa2 sih? Ya Marsha kan artis, wajarlah kalao dia perawatannya extra. Nyokap sendiri sih memang menikah di umur 29 dan pernikahannya berujung pada perceraian. Tentu sebagai anak, khususnya perempuan itu membuat Saya trauma yang begitu mendalam. Apalagi seringnya media menyorot kasus selebriti kawin cerai yang terkadang Saya pikir bahwa pernikahan dianggap remeh oleh orang zaman sekarang ini. Buat Saya pernikahan adalah suatu yang sakral. Siapa yang tidak ingin hidup sampai akhir hayatnya dengan orang yang kita cintai? Saya engga tahu biduk rumah tangga itu seperti apa. Saya pernah bertemu dengan seseorang, dia sudah menikah, namun mempunyai selingkuhan. Saya pernah bertanya, “Kok kamu engga nikah aja sih sama dia dan ninggalin suami kamu? Soalnya kamu lebih happy sama dia”. “Engga segampang itu. Ada hal2 yang bikin kita engga bisa menikah dan lebih baik seperti ini”, jawabnya. “Emang pernikahan itu ribet yaa?”. “Ya, karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan”. Saya engga ngerti hal apa yang harus dipertimbangkan. Tapi buat Saya untuk apa menikah dengan orang yang tidak kita cintai dan malah memilih cinta yang lain??? Terkadang Saya juga engga ngerti kenapa orang mantab untuk menikah namun tidak mantab untuk mempertahankan biduk rumah tangganya? Tahukah kalian wahai orang tua, jika kalian bercerai siapa yang menjadi korban?? Bukan Anda! Tapi kami sebagai anak!! Oleh karena itu Saya engga mau jika Saya menikah nanti, Saya mengalami nasib yang sama seperti nyokap. Lebih baik menikah di umur 40 namun menemukan pasangan yang tepat daripada menikah cepat2 tapi hancur berantakan! Saya juga punya rencana untuk menikah dengan pria bule. Hehehehe. Kenapa? Karena bedanya pria bule itu lebih menghargai perempuan. Kalao pria Indonesia kan paradigmanya istri harus melayani suami. Sedangkan kalao pria bule engga. Bahkan kadang mereka yang melayani kita loh. Hal ini yang sering diceritakan oleh tante Saya yang menikah dengan pria bule asal Amerika. Belum lagi kalao menikah dengan bule kan keturunannya lebih bagus. Wkwkwkwk. Oh ya, jangan takut kalao lo dibilang perawan tua sama orang lain! Tau apa mereka tentang hidup kita??? Apakah mereka yang mengatakan seperti itu punya pernikahan yang lebih baik dariada kita nanti??? Dan kalao menurut Saya, jangan pernah mau kalao mencari pasangan yang sesuai tipe orang tua lo! Yang menjalani hidup itu kan lo, bukan orang tua lo! Kalao orang tua lo engga senang, tapi menurut lo dia adalah orang yang paling bisa bikin lo bahagia, ya lanjutkan! Engga selalu loh orang tua itu benar. =P Remember “Love is not just about finding the right person. But creating a right relationship. It’s not about how much love you have in the beginning. But how much love you build the end”. 

Yang mau menikah dengan Saya, harus mau naik mobil ini! Hahahaha. Pokoknya Saya maunya mobil yang unik!